Di Balik Bulan yang Datang – Ceritera Juli #17 Jika Aku Bisa (4)

“Kamu! Pergi sana!”

“Yang! Maaf sih, aku kan cuma bercanda!”

Dia membanting pintu. Hanya salah ngomong dan dia marah-marah lebay kepadaku. Aku segera pergi. Sepertinya sedang terjadi jadwal bulanan dan dia seperti biasa menjelma jadi siluman ratu drama.

Di perjalanan, tiba-tiba muncul seorang kakek berpakaian aneh. Tanpa basa-basi ia bertanya padaku,

“Jika kamu bisa berubah menjadi orang lain dalam sehari saja, kamu mau jadi siapa?”

Tanpa tanya alasan kenapa dia bertanya seperti itu, langsung kujawab,

“Aku ingin jadi perempuan saja. Penasaran bagaimana jadi perempuan, Kek.”

Kakek itu tertawa dan membalas,

“Baiklah. Aku ingin lihat hasilnya besok.”

Waktu itu aku belum mengetahui maksud tawa kakek itu. Dia pun segera menghilang dalam kegelapan. Esoknya aku tahu, aku terbangun dengan bentuk tubuh yang berbeda. Aku menjadi seorang perempuan!

***

Aku masih mematutkan diriku di depan cermin. Hmm. Cukup seksi juga. Payudara tumbuh di dadaku. Jakunku menghilang dan rambutku menjadi berkilau. Aku kibaskan ke kiri dan ke kanan. Luar biasa. Asyik juga jadi perempuan. Not Bad. Lalu, aku tiba-tiba lapar dan ingin sekali makan. Aku ke dapur dan membuka kulkas. Tidak ada apa pun. Hanya ada air mineral, bir, makanan dingin, air mineral, bir, dan makanan dingin. Aku mengutuk diriku sendiri dan melayangkan pandangan ke sekeliling dapur. Aku teringat aku pernah menyimpan rempeyek kacang di salah satu kaleng. Segera aku tarik dari tempatnya dan bawa ke depan laptop.

Sambil browsing tentang tubuh wanita aku merasakan ada yang salah dengan perutku. Apa rempeyek kacang yang aku makan sudah kadaluarsa? Aku ingat-ingat lagi dan tidak ada yang salah. Rempeyek kacang ini aku beli di sentranya dan dimasak pada hari itu juga. Seminggu sudah kadaluarsa? Lagian aku belum pernah dengar rempeyek kacang kadaluarsa. Ya kan? Aku berangsur ke WC dan melihat sesuatu di cermin. Aku teriak sekencang-kencangnya begitu menyadari hal itu.

***

Begitu menyeramkan yang perempuan alami tiap bulan! Rasa sakitnya tidak menyenangkan. Aku membuat kompres air hangat setelah browsing beberapa situs kesehatan wanita. Aku tidak mungkin keluar. Aku membuat coklat hangat dan meringkuk di tempat tidur.

Aku menelepon beberapa teman perempuan yang terdaftar di kontak handphone. Kebanyakan dari mereka mengira aku orang yang berbeda karena suaraku berubah menjadi lembut. Aku teringat beberapa hal yang mungkin membuat mereka kesal padaku. Terakhir aku telepon Ibu.

“Ibu, aku minta maaf”

“Kamu kenapa? Ini benar anakku?”

“Benar, Bu. Aku anakmu yang paling ganteng dan gak pulang-pulang ke rumah.”

“Oh iya benar kalau begitu. Kenapa kamu meminta maaf? Kamu sakit?”

“Gak apa-apa, Bu. Maafin aku ya. Pokoknya maafkan saja.”

“Ya sebelum kamu meminta maaf, sudah ibu maafkan kok. Kamu kapan pulang?”

“Pengennya sih hari ini, Bu. Huaaa.”

“Lho kok, malah nangisnya tambah kencang? Kamu cowok, gak boleh nangis gitu.”

Aku malah tambah kencang menangis. Anakmu jadi perempuan begini, Bu.

“Anakku yang ngakunya paling ganteng. Udah. Gak apa-apa kamu gak mau cerita ada apa, tapi yang tangguh ya, Nak. Jangan cengeng. Ibu sayang kamu. Cepat pulang.”

“Iya, Bu. Segera aku usahakan ke sana.”

Ibu. Telepon selesai. Aku menarik selimut. Aku tidak tertarik lagi dengan payudara dan tubuh wanitaku. Sakitnya luar biasa. Aku menangis dan tidak tahu kenapa begitu sedih dan tidak terkendali. Letih menangis dan akhirnya aku tertidur.

***

“Bro. Lo kemana aja? kok gak nongol hari ini?”

Suara cowok di dalam kamarku. Aku bangun terkejut dan menarik selimut menutupi tubuhku. Aku takut dia tergoda atau malah kaget melihat perempuan di rumah temannya.

“Bro. Ada apa? Lo gak pake celana?”

Aku mengintip ke dalam selimut. Tubuhku sudah kembali. Aku masuk ke kamar mandi sambil memperhatikan seluruh tubuh. Yes. Sudah normal lagi. Ya Tuhan, terimakasih!

“Bro, sehat lo?”

“Hehehe. Gw ganteng ya kan?”

“Lo salah minum obat ya?”

Aku hanya meringis.

***

“Yang, banyak sekali. Apa ini?”

“Kamu perlu stok ini. Terus ini coklat. Ini stok cemilan. Lalu, kata mbak-mbak aflamart yang tahan tembus yang ini.”

“Kamu kenapa? Tumben.”

“Udah, sini aku peluk.”

“Yang?”

Dia memang tidak perlu tahu apa yang terjadi. Tapi, buat cowok-cowok di luar sana, please do this at home and do this treat to your girlfriend or your wife. If you have any. Mereka bukan siluman ratu drama tapi ini biologis. Wajar. Hehe.

3 pemikiran pada “Di Balik Bulan yang Datang – Ceritera Juli #17 Jika Aku Bisa (4)

Tinggalkan komentar